PENGGUNAAN MULTIPLEKS POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) DALAM MENDETEKSI JAMUR DERMATOFIT
Abstract
Dermatofitosis adalah salah satu jamur yang terdiri dari tiga genus: Epidermophyton, Trichophyton dan Microsporum. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi jenis jamur dermatofit dengan metode Multipleks PCR yang ditemukan pada penderita dermatofitosis di Kota Makassar. Penelitian observasi laboratorium dengan menguji 50 sampel yang diperoleh dari beberapa klinik dan sekolah dasar di Makassar. Hasil penelitian menunjukan bahwa Microsporum spp. terbanyak teridentifikasi (54%). Kami menyarankan teknik Multipleks PCR ini digunakan untuk konfirmasi jenis dermatofit sehingga pengobatan dapat lebih cepat dan tepat.
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Adiguna MS. 2011. Update Treatment In Inguinal Intertrigo And Its Differential Diagnosis. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 309-333
Edward M. C. & Gibbs R.A. 1994. Multiplex PCR: advantages, development, and applications. Genome Res. 3: 65-75.
Garg J. et al. 2009. Rapid Detection of Dermatophytes From Skin and Hair. BMC Res Notes. 2:60-65
Kim. et al. 2011. Identification Of Dermatophytes Using Multiplex Polymerase Chain Reaction. Departement Of Dermatology. Konkuk Univesity School Of Medicine, Seoul, Korea. 23;3
Kurniati & Rosita C. 2008. Etiopatogenesis Dermatofitosis. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin FK UNAIR. Surabaya, 20, 243-50
Lee YW. 2010. Molecular analysis for identification and classification of dermatophytes. Korean J Dermatol. 48:82.
Paramata N.R. & Massi N. 2009. The Comparasion Of Sensitivity Test Of Itraconazole Agent The Causes Of Dermatophytosis In Glabrous Skin In Makassar. Makassar: Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Riani E. 2008. Hubungan Antara Karakteristik Demografi, Gaya Hidup dan Perilaku Pasien Puskesmas di Jakarta Selatan Dengan Dermatofitosis. Vol.2:2
Sondakh, Cyndhi. et al. 2016. Profil Dermatofitosis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado priode Januari-Desember 2013. Jurnal e-Clinic (eCI), Volume 4 nomor 1
Sopiyudin D.H. 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta:Salemba Medika
Verma S. & Heffernan M.P. 2008. Superfisial Fungal Infection: Dermatophytosis, Onychomycosis, Tinea Nigra, Piedra. Dalam: Wolff, K. (eds). Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Vol.II. Ed.7. United States: Mcgraw-Hill, 1807-1821
Wahdini, M. et al. 2015. Karakteristik Pasien dan Spesies Dermatofita Penyebab Tinea Kruris di Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Cirebon Jawa Barat. Global Medical and Health Communication. Vol 3;2.
DOI: https://doi.org/10.32382/medkes.v14i1.772
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar
Published By : Poltekkes Kemenkes Makassar
Office : Jl. Wijaya Kusuma Raya No. 46 Banta-Bantaeng, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
Email : mediakesehatan@poltekkes-mks.ac.id
Media Kesehatan indexed by :
Protected By |
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.