Pelatihan Deteksi Dini Terhadap Pencegahan Resiko Bunuh Diri Diwilayah Kerja RSKD Dadi Kota Makassar
Abstract
ABSTRACT: Suicide cases in Indonesia have reached 3.7/100,000 population with a ratio of 5.2% of men and 2.2% of women and Indonesia is ranked 8th in the most suicides in Southeast Asia. This shows that the importance of information and knowledge for family members and the community in identifying signs and symptoms and phenomena early in order to identify and prevent attempts at suicidal behavior in patients experiencing depression due to loss. Therefore, it is necessary to have early detection training activities for the prevention of suicide risk in the work area of the Dadi RSKD Makassar City, as the application of the results of the author's research in 2019. The purpose of early detection is to provide knowledge and understanding and attention to psychological conditions, namely mental and mental conditions spiritual values that exist within the individual to avoid and cope with the occurrence of mental disorders, especially in depressed patients due to loss. Objective: The purpose of community service is to increase the knowledge and skills of family members, health cadres in recognizing the signs and symptoms of suicidal behavior and their prevention in reducing the death rate due to suicide. Methods: consisting of a pre test by identifying the level of knowledge about respondents about early detection of suicide risk prevention, the second session continued with the provision of material on early detection of suicide risk and its prevention and continued with training in filling out an assessment form on early detection of suicidal behavior and ending with a post-test. test, the method given consists of a question and answer lecture and role play. Results: After being given the training the level of knowledge of the respondents got better where the level of knowledge of the respondents increased from 28% to 68% of the 25 training participants, while the knowledge that was lacking before participating in the training was only 2 people and after attending the training there were no more participants who had less knowledge. The average skill of the participants was skilled than 20 people (80%) had been able to conduct an assessment and identify symptoms of suicide risk in a person and their prevention. Conclusion : With training in early detection of suicide risk prevention, it can increase the knowledge and skills of participants in efforts and prevent the risk of suicide. Suggestion: There is a need for continuous and scheduled mental counseling as well as monitoring and supervision from puskesmas officers through home visits or home visits in an effort to reduce the number of suicides in the community at this time and in the future.
Keywords: early detection, suicide prevention
ABSTRAK : Kasus bunuh diri di indonesia telah mencapai 3.7/ 100.000 penduduk dengan perbandingan jumlah laki- laki sebanyak 5.2% dan perempuan sebanyak 2,2 % dan indonesia berada di peringkat 8 kasus bunuh diri terbanyak di Asia tenggara. Hal ini menunjukkan bahwa Pentingnya informasi dan pengetahuan bagi anggota keluarga dan masyarakat dalam mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala dan fenomena secara dini untuk mengetahui dan melakukan pencegahan upaya perilaku bunuh diri pada pasien yang mengalami depresi akibat kehilangan. Oleh karena itu diperlukan adanya kegiatan pelatihan deteksi dini terhadap pencegahan resiko bunuh diri diwilayah kerja RSKD Dadi Kota Makassar, sebagai penerapan hasil penelitian penulis pada tahun 2019. Tujuan deteksi dini ialah untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman serta perhatian terhadap kondisi psikologis, yakni kondisi mental dan jiwa spiritual yang ada dalam diri individu untuk menghindari dan menanggulangi akan terjadinya gangguan-gangguan jiwa (mental) khususnya pada pasien depresi akibat kehilangan. Tujuan : Tujuan pengabdian masyarakat adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan anggota keluarga, kader kesehatan dalam mengenali tanda dan gejala perilaku bunuh diri serta pencegahannya dalam menurunkan angka kematian akibat bunuh diri. Metode : terdiri dari Pre test dengan mengidentifikasi tingkat pengetahuan tentang responden tentang deteksi dini pencegahan risiko bunuh diri sesi kedua dilanjutkan dengan pemberian materi tentang deteksi dini risiko bunuh diri dan pencegahannya dan dilanjutkan dengan latihan mengisi formulir pengkajian tentang deteksi dini perilaku bunuh diri dan diakhiri dengan post test, metode yang diberikan terdiri dari ceramah tanya jawab dan role play. Hasil : Setelah diberikan pelatihan tingkat pengetahuan responden semakin baik dimana tingkat pengetahuan responden meningkat dari 28% menjadi 68% dari 25 peserta pelatihan sedangkan pengetahuan yang kurang sebelum mengikuti pelatihan hanya 2 orang dan setelah mengikuti pelatihan sudah tidak ada lagi peserta yan mempunyai pengetahuan kurang. Keterampilan rata-rata peserta telah terampil dari 20 orang (80%) telah mampu melakukan pengkajian dan mengidentifikasi gejala-gejala risiko bunuh diri pada seseorang dan pencegahannya. Kesimpulan : Dengan pelatihan deteksi dini pencegahan risiko bunuh diri dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta dalam upaya dan mencegah risiko bunuh diri. Saran : Diperlukan adanya penyuluhan jiwa secara berkesinambungan dan terjadwal serta pemantauan dan pengawasan dari petugas puskesmas melalui home visite atau kunjungan rumah dalam upaya menurunkan angka kejadian bunuh diri ditengah masyarakat pada saat ini dan yang akan datang.
Kata kunci : deteksi dini, pencegahan bunuh diri
Full Text:
Full Article PDFReferences
Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI.(2013).Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan Republic Indonesia. Jakarta
Dinas Kesehatan.(2018). Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan Republic Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar
Dinkes Kesehatan. (2018). Pelatihan Deteksi Dini Dan Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Bagi Tenaga Puskesmas.https://dinkes.ntbprov .go.id/artikel/pelatihan-deteksi-dini-dan-penatalksanaan-gangguan-jiwa-bagi-tenaga-puskesmas/
Keliat. BA, dkk (2012). Managemen Kasus Gangguan Jiwa (CMHN). Jakarta, EGC
Kemenkumham RI.(2014). UU No.18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa. Jakarta
Maryati. (2018). Penerapan Model Terapi Keluarga Dalam Upaya Mencegah Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia di Wilayah Puskesmas Mamajang Kota Makassar. Program Kemitraan Masyarakat Poltekkes Kemenkes Makassar
Maslim R. (Ed). (2001). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya
M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky.(2001). Psikoterapi dan Konseling Islam; Penerapan Metode Sufistik. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
P2PTM Kementerian Kesehatan. (2019). Hasil Pelatihan Deteksi Dini Dan Penatalaksanaan Gangguann Jiwa Bagi Nakes. http://p2ptm.kemkes.go. id/kegiatan-p2ptm/kalimantan-selatan/pelatihan-deteksi-dini-dan penatala ksanaan-gangguan-jiwa-bagi-nakes-di-puskesmas-tingkat-provinsi-kalimantan-selatan
Stuart, G. W,.T.(2009). Principles and practice of phychiatric nursing(9thEd). St. Louis, MO: Mosby.
Yosef , Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.
DOI: https://doi.org/10.32382/mirk.v2i2.2313
Refbacks
- There are currently no refbacks.