PERILAKU BERTELUR DAN SIKLUS HIDUP NYAMUK AEDES AEGYPTI PADA BERBAGAI MEDIA AIR (STUDI LITERATUR)

Elva Yulianti, juherah juherah, Abdurrivai Abdurrivai

Abstract


Penyakit DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama species Ae.aegypti. Penyebaran nyamuk Ae.aegypti di Indonesia sangat luas, nyamuk ini menyukai tempat perindukan pada air bersih. Akan tetapi kondisi lingkungan yang terus berubah karena maraknya pencemaran membuat nyamuk Ae.aegypti beradaptasi terhadap lingkungan tempat perindukannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku bertelur meliputi media yang dipilih nyamuk untuk bertelur, serta siklus hidup Ae.aegypti pada berbagai media air.

Hasil penelitian menunjukan bahwa nyamuk Ae.aegypti mampu bertelur pada media dengan air tercemar seperti comberan dengan jumlah telur nyamuk Ae.aegypti terbanyak. Dan nyamuk Ae.aegypti mampu menyelesaikan siklus hidup terbanyak pada media air comberan.

Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu adanya perubahan perilaku bertelur Ae.aegipty dalam memilih tempat perindukan tidak hanya pada air bersih nyamuk mampu bertelur pada media air dengan kotoran sapi. Nyamuk Ae.aegypti mampu hidup di berbgai media air dengan menyelesaikan siklus hidupnya dari telur hingga menjadi imago pada media air got, selokan,dan air comberan. Nyamuk Ae.aegypti mampu beradaptasi di berbagai lingkungan.

Kata Kunci : Aedes Aegypti, Air got, Air selokan, Air comberan.


Full Text:

Full Article PDF

References


Achamadi. (2011). Dasar-dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta: Rajawali Press.

Ananda S. (2009). Pengaruh suhu, kaporit, dan pH terhadap pertumbuhan cendawan entomopatogen transgenik Aspergullus niger-GFP dan patogenisitasnya pada larva nyamuk Ae. aegypti. Retrieved from http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/44330?show=full

Anonim. (n.d.). Pengertian dan Macam Air Hujan. Retrieved January 12, 2020, from 2018 website: hhtps://www.siswapedia.com/curah-hujan/.

Arifin, A., Ibrahim, E., & La ane, R. (2013). Hubungan Faktor Lingkungan Fisik dengan Keberadaan Larva Aedes Aegypti di Wilayah Endemis DBD di Kelurahan Kasi-Kasi Kota Makasar. Jurnal Universitas Hasanudin, 1–8.

Ashandi, G. (1990). Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: Gajah Mada Press.

Azhari, M. (2014). Faktor Lingkungan yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Infeksi Virus Dengue. Universitas Diponegoro, Semarang.

Biologi, J., & Laudry, L. (2017). PERILAKU BERTELUR DAN SIKLUS HIDUP Aedes aegypti PADA BERBAGAI MEDIA AIR. Jurnal Akademika Biologi, 6(4), 71–81.

Boewono, D. T., & Ristiyanto. (2004). Bioecology study of malaria vectors at Srumbung Subdistrict, Magelang Regency, Central Java. Buletin Penelitian Kesehatan, 33(2), 62–27.

Borror, D. ., Triplehorn, C. A., & Johnson, N. F. (1989). P. In Pengenalan Pelajaran Serangga (6th ed.). Yogyakarta: Gajah Mada University.

Brown, H. W. (1962). Dasar Parasitology Klinis. Jakarta: Gramedia.

CDC. (2011). Aedes aegypti eggs. Atlantan:CDC.

Dinas Kesehatan Kota Makassar. (2019). Kasus DBD di Kota Makassar 2014-2018.

Fakhira, G. (2011). Fauna Nyamuk di Pemukiman Warga di Desa Babakan di Kabupaten Ciamis. Laporan Kerja Praktik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung,. Bandar Lampung.

Gordon, J. D., Berwald, D. H., McCarville, T. J., Garner, J. K., & Bjorndahl, W. D. (1984). Alternative Blanket Concept Evaluation. Transactions of the American Nuclear Society, 46(November), 201–203.

Gubler, J. . (2014). Dengue and Dengue Hemmorhagic Fever (Second Edi). USA: CPI Group Ltd, Croydon.

Hadinegoro, Sri Rdan Hidra Irawan S. (2001). Demam Berdarah Dengue. Naskah Lengkap, Pelatihan bagi Pelatih Doter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tatalaksana Kasus DBD. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Hadinegoro, Sri Rdan Hindra Irawan S. (2001). Demam Berdarah Dengue. Naskah Lengkap, Pelatihan bagi Pelatihan Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tatalaksana Kasus DBD. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Harijanto, P. N. (2000). Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penangan EGC. Jakarta.

Hendratno, S. (2003). “Panduan Kuliah Mahasiswa Entomologi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.”

Hoedojo, R. (1998). Morfologi, Dasar Hidup, dan Perilaku Nyamuk dalam Parasitologi Kedokteran. (Edisi ke-2). Jakarta: FKUI.

Hoedojo, R., & Sungkar, S. (2013). Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. In Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ishartadiati, K. (2012). Aedes aegypti Sebagai Vektor Demam Berdarah Dengue. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Ishartadiati, Kartika. (2011). Aedes aegypti SEBAGAI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, 8. Retrieved from http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/Aedes_aegypti_SEBAGAI_VEKTOR_DEMAM_BERDARAH_DENGUE.pdf

Iskandar, A. (1985). “Pemberantasan Serangga dan Binatang Pengganggu”. Proyek Pengembangan pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat. Pusdiknes Depkes RI.

Jumar. (2000). Entomologi Pertanian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Lestari. (2007). Epidemiologi dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Jurnal Farmaka. Vol. 5 No.3, Desember 2007. Bandung: Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.

Mardihusodo, S. J., Parasitologi, B., Kedokteran, F., Udayana, U., Denpasar, J. S., Parasitologi, B., … Yogyakarta, M. (2009). Pemilihan Tempat Bertelur Nyamuk Aedes aegypti pada Air Limbah Rumah Tangga di Laboratorium. Jurnal Veteriner, 10(4), 205–207.

Notoatmodjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Notoatmodjo S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat.

Republik Indonesia, D. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. , (2001).

Republik Indonesia, D. Pedoman Ekologi dan Aspek Prilaku Vektor. , (2001).

Republik Indonesia, D. Nyamuk Vampir Mini Yang Mematikan. , (2007).

Rosa, E. (2007). Studi Tempat Perindukan Nyamuk Vektor Demam Berdarah Dengue di Dalam dan di Luar Rumah di Rajabasa Bandar Lampung. J. Sains MIPA, 13(1), 57–60.

Rosa, E., & Salmah, S. (2015). Detection of Transovarial Dengue Virus with RT-PCR in Aedes albopictus ( Skuse ) Larvae Inhabiting Phytotelmata in Endemic DHF Areas in West Sumatra , Indonesia. American Journal of Infectious Diseases and Mircobiology, 3(1), 14–17. https://doi.org/10.12691/ajidm-3-1-3

S., P. (1993). “Demam Berdarah Dengue pada Anak.” Jakarta: UI Press:24.

S, P. (1993). “Demam Berdarah Dengue pada Anak.” Jakarta: UI Press:24.

Sari, D. (2012). Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Responden dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah 2012.

Sari, W., Zanaria, T. M., Agustina, E., Biologi, J., Unsyiah, F., Parasitologi, J., … Ar-raniry, F. T. I. (2013). Kajian Tempat Perindukan Nyamuk Aedes di Kawasan Kampus Darussalam Banda Aceh. Jurnal Biologi Edukasi, 2(3), 23–27.

Segijanto, S. (2006). Epidemiologi Demam Berdarah Dengue. Surabaya: Airlangga University Press.

Sembel, D. (2009). Entomologi Kedokteran. Yogyakarta: ANDI.

Setyowati, E. A. (2013). Biologi Nyamuk Aedes aegypti Sebagai Vektor Demam Berdarah Dengue. Universitas Jenderal Soedirman.

Soegijanto. (2006). Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia. Surabaya: Airlangga.

Soegijanto, S. (2003). Demam Berdarah Dengue, Tinjauan dan Temuan Baru di Era.

Sudarto. (1972). “Atlas Entomologi Kedokteran”.EGC. Jakarta.

Susilo, F. (2007). Pengendalian Hayati dengan Memberdayakan Musuh Alami Hama Tanaman. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Terkini, S., Dengue, V., & Jawa, D. I. (2016). SITUASI TERKINI VEKTOR DENGUE [Aedes aegypti Lin] DI JAWA TENGAH, INDONESIA. KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(2), 285–294.

Ulasan di Infeksi. (2010). 1(1), 49–53.

WHO/SEARO. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. WHO Regional Publication SEARO No.29. , (1998).

Widya, W. H. (2006). Epidemiologi Suatu Pengantar edisi 2. Jakarta: EGC.




DOI: https://doi.org/10.32382/sulolipu.v2i20.1848

Refbacks

  • There are currently no refbacks.



Media Sulolipu terindex

    

        

Media Reference Manager

       

View My Stats

Flag Counter

didukung oleh:

Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia